Kisah Antasari dan Rhani Juliani di Grand Mahakam 802

Selasa, 05 Mei 2009

Ketika diperiksa selama tujuh jam di Mapolda Metro Jaya, Antasari Azhar me-ngaku pernah bertemu de-ngan caddy golf Modernland, Rhani Juliani (nama sesuai identitas di KTP). “Dia ngaku pernah bertemu dengan Rhani di GM kamar 802,” ujar sum-ber penyidik di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (04/05). Di sinilah diduga kasus pem-bunuhan 1_726146690lDirektur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nas-rudin Zulkarnaen itu ber-mula. Motifnya disinyalir per-selingkuhan yang berkem-bang menjadi pemerasan. Informasi yang dilansir detik.com, kisah perseling-kuhan ini terjadi pada bulan Mei 2008. Saat itu, Antasari Azhar yang baru beberapa bulan menjabat Ketua KPK, kepergok tengah berduaan dengan perempuan bernama Rhani Juliani di kamar 802. Rani adalah istri ketiga Nas-rudin. Nasrudin menikahi Rani secara siri sekitar tahun 2007.

Rhani adalah mantan caddy di Padang Golf Modern- land Tangerang. Dia yang berparas cantik itu disebut-sebut bertarif mahal. Rhani menjadi langganan Nasrudin. Rhani juga pernah menjadi caddy untuk Antasari. Singkat cerita, pada Mei 2008, Antasari janjian berte-mu Rhani. Namun, yang jadi masalah, saat itu, Rhani sudah menjadi istri Nasrudin. Keduanya lantas bertemu dan menginap di kamar 802 Hotel Grand Mahakam. Kabarnya kamar 802 ini merupakan ka-mar yang hanya bisa diakses orang-orang khusus. Salah satu orang yang bisa meng-akses kamar ini adalah Sigid Haryo Wibisono, yang kini su-dah ditangkap polisi. Sigid meminjamkan kamar ini ke-pada Antasari. Sebab, bila An-tasari melewati jalur biasa, maka akan dengan mudah terlihat oleh banyak orang. “Kalau lewat jalur biasa, Pak Antasari bawa perempuan yang bukan istrinya, kan bisa bahaya,” kata seorang sumber.

Namun, entah karena me-mang sudah membuntuti Rhani atau memang sudah menyetting ‘kisah’ perseling-kuhan itu, Nasrudin langsung dengan mudah bisa menang-kap basah Antasari dan Rhani di kamar itu. Antasari pun tidak berdaya dan tidak bisa berbuat banyak. Setelah itu, Nasrudin pun memeras Antasari. Disebut-sebut Nasrudin meminta An-tasari uang Rp 1,2 miliar un-tuk tutup mulut. Jika tidak, maka Nasrudin akan membe-berkan kisah perselingkuhan Antasari-Rhani itu ke publik. Jika demikian, maka Antasari harus mempertaruhkan ja-batan KPK yang disandangnya. Waktu berlalu, bulan ber-ganti bulan, tapi Antasari se-pertinya belum mengabulkan permohonan Nasrudin. Teror pemerasan terus dilakukan Nasrudin kepada Antasari. “Sampai akhirnya Antasari dan keluarga merasa teror ini sangat mengganggu,” kata sumber itu. Akhirnya, Antasari pun cur-hat kepada Sigid Haryo Wibi-sono.

Intinya, Nasrudin harus dihabisi, karena terus mela-kukan teror kepada Antasari dan keluarganya. Karena ber-teman dekat, Sigid pun me-nindaklanjuti curhat Antasari itu. Sigid kemudian meminta bantuan seorang berpolisi berpangkat kombes (kolonel) bernama Wiliardi Wizar. Le-wat Jerry, orang dekat se-orang konglomerat top, man-tan Kapolres Jakarta Selatan itu pun kemudian meng-order pembunuhan terhadap Nasrudin. Mengenai keberadaan ka-mar 802 Grand Mahakam ini, belum didapatkan konfirmasi dari pengelola hotel berbin-tang itu. Saat wartawan me-ngunjungi hotel itu sekitar pukul 11.30 WIB, petugas ke-amanan melarang masuk. “Mohon maaf, humas sedang tidak bisa ditemui,” kata petugas keamanan itu seperti dikutip detik.com.

Sebelumnya, dalam jumpa pers pada hari Minggu (03/05) lalu, Antasari membantah isu perselingkuhan ini. Dia juga membantah terlibat dalam pembunuhan terhadap Nasrudin. EKSEKUTOR Pada bagian lain, sembilan tersangka kasus pembunuh-an Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen sudah ditangkap polisi. Dari sembilan orang itu, empat orang dari Flores. Tiga dari empat orang itu berpro-fesi sebagai satpam. “Tersang-ka yang sudah ditangkap ber-jumlah sembilan orang,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Poli-si Wahyono. Namun, Kapolda menyebutkan kesembilan tersangka dengan inisial saja. Data yang diterima, para pelaku itu itu terdiri dari satu pejabat tinggi negara, satu pengusaha, satu perwira me-nengah polisi, satu pengang-guran, dua pekerja swasta, dan tiga orang satpam. Mere-ka adalah Antasari Azhar (ke-tua KPK), Sigid Haryo Wibi-sono (Komisaris Utama PT PIM), Kombes Pol Wiliardi Wizar (polri/mantan Kapolres Jaksel), Heri Santosa (penge-mudi Scorpio), Eduardus Ndopo alias Edo (penerima order pembunuhan dari Wi-liardi Wizar), Jerry Hermawan LO (penghubung Edo kepada Wiliardi), Daniel Daen (pe-nembak/eksekutor), Fransis-kus Tadon Keran alias AMSI (pengendali lapangan) dan Hendrikus Kia Walen alias Hendrik (pemberi order ke-pada Fransiskus).(dtc/zal*)

Sumber: http://putratomohon.wordpress.com/






0 comments

Posting Komentar